Mi Ongklok adalah salah satu makanan khas dari daerah Kota Wonosobo dan sekitarnya yang terkenal dengan cita rasa lezat dan unik. Terbuat dari bahan-bahan seperti kol, daun kucai, dan kuah kental berkanji yang disebut loh, mie ini memiliki tampilan yang sederhana namun memiliki rasa yang sangat menggoda selera. Biasanya, Mi Ongklok dijual di warung-warung makan, rumah makan, serta gerobak keliling di kota tersebut.
Nama Mi Ongklok sendiri berasal dari alat bantu masak yang digunakan untuk merebus mie, yaitu ongklok. Ongklok sendiri merupakan sebuah keranjang kecil yang terbuat dari anyaman bambu yang biasanya digunakan untuk merebus mie bersama dengan campuran sayuran.
Proses pembuatan Mi Ongklok sendiri dilakukan dengan mencelup-celupkan campuran mie dan sayuran ke dalam air mendidih menggunakan ongklok selama beberapa menit. Kemudian, mie dan campuran sayuran tersebut diletakkan di mangkuk dan diguyur dengan kuah khas Mie Ongklok yang terbuat dari pati, gula jawa, ebi, dan rempah.
Untuk memberikan cita rasa yang lebih nikmat, Mi Ongklok disiram dengan bumbu kacang dan ditambahkan sedikit merica dan bawang goreng. Selain itu, Mi Ongklok juga disajikan dengan beberapa varian lauk seperti sate sapi, tempe kemul, dan geblek yang terbuat dari singkong. Harga yang ditawarkan untuk menikmati kelezatan Mi Ongklok juga sangat terjangkau, yaitu sekitar Rp 9.000 per porsi, sementara sate sapi dihargai sekitar Rp 23.000 per porsi isi 10 tusuk, dan geblek serta tempe kemul seharga Rp 1.000 per biji.
Kuah kental berkanji dari Mi Ongklok memiliki rasa yang sangat segar dan lezat, terutama karena adanya campuran ebi di dalamnya. Rasanya semakin nikmat ketika disantap bersama sate sapi yang empuk dan tempe kemul yang renyah. Kombinasi ini menjadi sajian yang sempurna untuk dinikmati sebagai hidangan utama atau sebagai menu sarapan yang mengenyangkan.
Nasi Megono adalah makanan khas Wonosobo yang terkenal lezat dengan cita rasa rempah lokal. Nasi ini cocok dikonsumsi sebelum melakukan aktivitas di pagi hari. Kata “Megono” sendiri merupakan singkatan dalam bahasa Jawa dari “Merga ana” yang artinya “karena ada”. Jadi, Nasi Megono bisa diartikan sebagai nasi yang dihasilkan karena ada bahan-bahan yang tersedia.
Salah satu ciri khas dari Nasi Megono khas Wonosobo adalah penggunaan sayuran kubis sebagai campuran nasi. Selain itu, makanan ini juga biasanya disajikan dengan tempe khas Wonosobo, yaitu tempe kemul.
Tempe Kemul adalah makanan ringan khas Wonosobo, Jawa Tengah yang terbuat dari tempe yang digoreng dengan balutan gandum, pati/tepung singkong, dan tepung beras. Biasanya, makanan ini diberi tambahan daun kucai untuk memberikan cita rasa yang lebih segar. Nama “Kemul” sendiri dalam bahasa Jawa berarti selimut, mungkin mengacu pada lapisan tepung yang menutupi tempe.
Tempe Kemul disajikan dalam keadaan panas, sehingga memberikan sensasi yang lezat saat dimakan. Meskipun di beberapa daerah makanan ini dikenal dengan istilah tempe mendoan, namun terdapat perbedaan dalam cara pengolahannya. Tempe mendoan umumnya dimasak dalam keadaan setengah matang, sedangkan tempe kemul memiliki tambahan kunyit untuk memberikan warna kuning yang khas.
Makanan ini banyak dijual di kaki lima di Wonosobo, seperti bakso atau mi ongklok, namun terkadang juga dijual tersendiri. Masyarakat Wonosobo sangat menyukai Tempe Kemul dan bahkan turis, baik mancanegara maupun domestik, juga tergoda oleh kelezatannya. Selain itu, Tempe Kemul juga termasuk makanan favorit bagi bangsa Indonesia secara umum.
Carica Dieng adalah salah satu produk wisata kuliner khas Wonosobo, Jawa Tengah, yang terbuat dari buah carica yang telah diolah menjadi manisan dengan rasa yang manis dan kenyal. Buah carica sendiri mirip dengan buah papaya, namun memiliki rasa yang lebih manis dan tekstur yang lebih lembut.
Sebagai informasi, tanaman carica adalah tanaman asli Amerika Tengah dan Selatan, namun kini telah menyebar ke seluruh dunia dan dapat ditemukan di berbagai negara tropis dan subtropis.
Proses pembuatan Carica Dieng dimulai dengan memotong buah carica menjadi bagian-bagian kecil, lalu direndam dalam larutan garam dan air selama beberapa jam untuk memperoleh tekstur yang kenyal. Kemudian, potongan-potongan carica tersebut dicuci bersih dan direbus dengan air hingga matang. Setelah matang, potongan-potongan carica dicampur dengan sirup gula hingga meresap.
Carica Dieng biasanya disajikan dalam bentuk sirup manisan dan bisa dinikmati sebagai camilan atau oleh-oleh khas Wonosobo. Rasa manis dan kenyal yang khas membuat Carica Dieng menjadi salah satu favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Wonosobo.
Selain itu, Carica Dieng juga diketahui memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh, seperti vitamin C dan serat. Oleh karena itu, Carica Dieng tidak hanya lezat, tetapi juga sehat.
Purwaceng Dieng adalah tanaman herbal yang tumbuh di kawasan dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, pada ketinggian 1.500 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini memiliki nama latin Pimpinella pruatjan dan termasuk dalam keluarga tumbuhan umbelliferae. Purwaceng Dieng telah lama dikenal oleh masyarakat setempat sebagai ramuan tradisional untuk meningkatkan stamina dan vitalitas pria.
Purwaceng Dieng diketahui memiliki kandungan senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, polifenol, dan kumarin yang berperan dalam meningkatkan gairah seksual dan vitalitas tubuh. Selain itu, tanaman ini juga mengandung zat aktif yang berkhasiat sebagai antiseptik, antiinflamasi, dan diuretik.
Sebagai afrodisiak, purwaceng Dieng telah digunakan sebagai alternatif herbal untuk meningkatkan gairah seksual dan vitalitas pria. Ramuan purwaceng biasanya diolah dari akar atau batang tanaman yang sudah dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk. Bubuk purwaceng kemudian dicampur dengan air dan diminum sebagai obat untuk meningkatkan gairah seksual.
Penggunaan purwaceng Dieng juga dapat membantu mengatasi masalah disfungsi ereksi dan meningkatkan kualitas sperma pada pria. Namun, penggunaan obat herbal ini harus diimbangi dengan gaya hidup sehat dan pola makan yang seimbang. Selain itu, sebaiknya konsultasikan penggunaan purwaceng dengan dokter atau ahli herbal terlebih dahulu, terutama jika Anda memiliki riwayat penyakit tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Sebagai produk khas Dieng, Purwaceng Dieng juga menjadi salah satu daya tarik wisata kuliner dan obat-obatan tradisional di daerah tersebut. Produk purwaceng Dieng yang telah diolah menjadi kapsul atau minuman siap minum juga sudah banyak dijual di pasaran. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan produk herbal harus tetap berhati-hati dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan dosis yang tepat.
Kacang Dieng berasal dari tumbuhan sejenis kacang. Tumbuhan ini hanya tumbuh baik di Dieng. Kacang ini memiliki bentuk yang unik yakni besar, lebar dan tengahnya berwarna hitam. Masyarakat sekitar sering menyebut dengan kacang babi. Soal rasa, Anda tidak akan kecewa dengan rasanya,
Dulu masyarakat Dieng memanfaatkan jamur sebagai bahan makanan basah. Namun dengan inovasi dunia kuliner yang semakin berwarna, masyarakat mulai mengolah menjadi keripik. Keripik jamur sekarang ini sangat digemari oleh kalangan wisatawan,
Opak singkong adalah makanan ringan yang berasal dari daerah Kalibeber. Makanan ini terbuat dari singkong yang direbus dan ditambah dengan kucai dan garam. Rasa opak singkong ini asin dan gurih.